Wednesday, January 31, 2018

Kokor Entimun Kuliner Khas Kutai

Resep membuat Kokor Entimun
Kokor Entimun

Etam kenalan dengan olahan kuliner khas kutai yaitu Kokor entimun, cara membuatnya sangatlah mudah dan praktis, tak perlu memerlukan waktu sampai berhari-hari, dan yang pastinya sangat ramah kantong.

Apabila lagi koler bemasak dan kepingin makanan sehat dan praktis maka bembuat kokor entimun sangatlah cocok, ya hitung-hitung sembari nurunkan tensi darah tinggi... wkwkwk

Naah kali ini Jejak Si Koceng ndak membagikan sebuah resep cara memolah kokor timun, pertama-tama yang harus disiapkan adalah bahan-bahannya. Seperti :
- 2 buah entimun ( timun )
- 3 siung bawang merah 
- 1 gelas santan kelapa murni 
- 3 bintir cabe atau bisa lebih sesuai selera
- gula, garam, micin, secukupnya

Cara membuatnya : pertama-tama cucilah terdahulu entimunnya sampai bersih, pastikan tidak ada kuman yang tersisa. Setelah itu entimunnya dibelah dua, dan jangan dikupas kulitnya, pastikan juga belahannya harus rata agar menghasilkan rasa yang nyaman. Apabila semua entimunnya sudah terbelah semua, ambillah sebuah sendok makan dan mulailah mengokor/mengeruk isi timunnya sampai terlihat tipis, dan kokoran entimunnya tadi dimasukkan kedalam mangkuk.

Untuk bumbunya : Bawang merah tadi di iris dan cabenya juga di potong-potong kemudian santan tadi juga dicampurkan semua ke mangkuk yang berisi entimun yang sudah di kokor isinya. Kemudian masukkan garam, gula, micin secukupnya, aduk sampai rata dan kokor timun pun sudah siap untuk di hidangkan.
Pasangan terbaik saat menyantab kokor timun adalah pija ( ikan asin ) jukut biawan yg baru selesai di goreng. Hehe

Demikianlah cara sederhana membuat kokor timun, semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih

Monday, January 29, 2018

Buah Bolok, Buah Legendaris Di Kutai

Buah Legendaris Di Kutai

Tak seperti buah simalakama yang terkenal dengan peribahasanya " apabila dimakan ibu mati dan,tak dimakan bapak yang mati ". Buah Bolok sendiri terkenal dengan salah satu penggalan lirik lagunya " dimakan mabok, dibuang sayang ".

Kali ini etam bekenalan dengan salah satu buah legendaris khas etam di kutai-kaltim.tapi pada saat membacanya tak usah terlalu serius kita belocoan saja.

Buah bolok itulah namanya, buah yang cukup populer semenjak menjadi sebuah judul lagu tingkilan karya Masdari Achmad.

Buah bolok mempunyai tampilan cassing yang menarik, dengan warna yang tentunya akan langsung menggoda selera apabila melihat buahnya.

Berbentuk bagaikan buah apel kecil-kecil menggelantung di batang pohon bagaikan buah benda (aren) dengan warna khas buah-buahan, merah, kuning, hijau, laksana melihat pelangi menempel di batang pohon. Wkwkwk

Bagaimana dengan rasa buahnya !?

Menurut kata para pujangga, buah bolok rasanya sangatlah nyaman ndik kalah dengan buah-buah impor. rasanya itu looh tegak ada manis-manisnya. Hehe

Buah bolok sebarannya banyak terdapat di pinggiran sungai mahakam. Buahnya bisa di aplikasikan untuk campuran sop dan salad buah, tapi dengan catatan apabila pas memakan langsung mabok resiko ditanggung sendiri...wkwkwk

Sampai ketemu di cerita ngeramput selanjutnya

Serunya Mengikuti Fun Rally Motor Wisata Bersama Jelajah



Masih dalam rangkaian HUT kota Samarinda ke 350 tahun, kali ini kami bersama komunitas Jelajah ikut ambil bagian di acara Fun Rally Motor Wisata 2018 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Samarinda.

Fun Rally Wisata sendiri konsepnya adalah sebuah touring di dalam kota dengan metode gas tipis-tipis mengunjungi objek-objek wisata di kota samarinda, yang rutenya telah di tentukan oleh panitia penyelenggara. Setelah sampai di lokasi kita berfoto-foto terus di unggah ke medsos, sekitar 15 menitan mencari spot foto yang undas. Setelah selesai berfoto kita akan gas tipis-tipis kembali menuju lokasi wisata selanjutnya dan begitu seterusnya sampai titik lokasi terakhir.


Kali ini yang akan kusampaikan adalah catatan perjalanan kami di komunitas Jelajah pada saat ikut ambil bagian di acara Fun Rally Wisata.

Titik awal keberangkatan adalah di pos I - Masjid Islamic Center - Samarinda. Di halaman masjid inilah semua peserta dari berbagai komunitas berkumpul, dan menjadi sebuah kehormatan komunitas Jelajah di tunjuk untuk menjadi rombongan terdepan yang akan memulai perjalanan.


Pos I - Islamic Center Samarinda

Rute pertama kami menuju ke Pos II - Mahakam Lampion Garden (MLG), yang tak jauh dari Islamic Center Samarinda. Tempat ini adalah sebuah taman rekreasi keluarga dengan keindahan cahaya lampionnya di malam hari. Setelah berfoto bersama dan mengisi daftar lokasi kami pun beserta rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke Samarinda Seberang.


Pos II - Mahakam Lampion Garden (MLG)

Sesampainya di samarinda seberang kami langsung menuju ke Pos III Kampung tua/kampung tenun, di tempat ini kami hanya berfoto bersama di sebuah rumah adat yang telah menjadi cagar budaya.
Tak jauh dari rumah adat kami bergeser ke Pos IV - Masjid Shiratal Mustaqiem, masjid tertua di kaltim yang saat ini kondisi bangunannya sangat terpelihara.

Dari masjid tua kami menuju ke Pos V -  Makam Lamohang Daeng Mangkona seorang bangsawan Bugis yang terkenal sebagai pendiri kota samarinda.

Pos III - Rumah Tua/Kampung Tenun

Pos IV - Masjid Tua Shiratal Mustaqiem

Pos V - Makam Lamohang Daeng Mangkona

Apakah perjalanan kami hanya sampai disitu !?

Tentunya tak sampai disitu saja, selesai mengunjungi daerah samarinda seberang perjalanan pun berlanjut menuju palaran. Di pos VI -  Jembatan Mahkota II, setelah diresmikan jembatan ini menjadi ikon baru kota Samarinda. Dengan warna warni cahaya penerangannya dikala malam hari tentunya sangat di gandrungi masyarakat yang ingin berfoto dengan latar belakang jembatan Mahkota II.

Pos VI - Jembatan Mahkota II

Menyeberang dari Palaran kami beserta rombongan langsung menuju Pos VII - Tjiu’s Palace di daerah Sambutan. Tjiu's Palace sendiri adalah sebuah tempat rekreasi keluarga dengan wahana permainan air. Dari kolam renang, kolam pemancingan, area bermain sepeda air, dll
Teriknya sinar matahari tak menyurutkan semangat kami untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos VIII - Kelenteng Thien Ie Khong. Kelenteng ini sudah berumur lebih dari seabad dan juga masih berfungsi dengan baik sebagai tempat ibadah warga Tionghoa di Samarinda. Bahkan kini Kelenteng Thien Ie Khong telah dijadikan cagar budaya.

Pos VII - Tjiu's Palace

Pos VIII - Kelenteng Thien Ie Khong

Dunia pariwisata sangat erat kaitannya dengan oleh-oleh cindera mata khas daerah dan juga di tunjang oleh penginapan/hotel, dan Samarinda mempunyai itu semua. dari Kelenteng Thie Ie Khong kami melanjutkan perjalanan menuju Pos IX - Citra Niaga.
Di kawasan Citra Niaga inilah segala macam Oleh-oleh khas Kaltim tersedia, baik itu makanan, pakaian, maupun kerajinan tangan semua lengkap ada di jual disana. Tak jauh dari kawasan Citra Niaga, kami melanjutkan lagi perjalanan ke Pos X - Hotel Horison. Sebuah hotel bertaraf internasioal yang layak di jadikan tempat menginap saat mengunjungi kota Samarinda.

Pos IX - Citra Niaga

Pos X - Hotel Horison


Tak terasa udah 10 pos titik persinggahan yang telah kami lalui, dan waktu juga masihlah panjang dan perjalanan pun tetap gas tipis-tipis melanjutkan rute selanjutnya menuju Pos XI - Buddhist Centre (Maha Vihara Sejahtera Maitreya). Bangunan megah yang terletak di Jln.DI Pandjaitan ini konon katanya salah satu yang terbesar se Asia tenggara. Buddhist Centre adalah salah satu destinasi wisata religi dan wisata budaya yang terdapat di kota Samarinda.

Perjalanan berlanjut menuju Pos XII - Taman Salma Shofa.
taman Salma Shofa yang terletak di daerah Mugirejo ini adalah tempat sarana rekreasi dan edukasi. Di tempat ini juga terdapat Beranda Imajinasi, dengan berbagai macam koleksi benda-benda antik.

Pos XI - Buddhist Centre

Pos XII - Taman Salma Shofa

Pos XIII - Water Park Citra Land

Tak beberapa lama mengunjungi taman Salma Shofa kami beserta rombongan kembali gas tipis-tipis menuju ke arah Lempake kali ini yang kami tuju adalah Water Park Citra Land yang terdapat di dalam area perumahan Citra Land.
Berbagai macam wahana permainan air dapat kita jumpai di tempat ini.

Pos XIII - Water Park Citra Land

Masih di daerah Lempake perjalanan berlanjut menuju Pos XIV - Bendungan Benanga. Waduk Benanga begitu sebagian orang menyebutnya, di bendungan ini juga adalah salah satu objek wisata yang terdapat di Samarinda, dengan luas danau mencapai puluhan hektar.selain sebagai objek wisata di bendungan ini juga adalah spot memancing ikan.

Pos XIV - Bendungan Benanga


Waktu masih menunjukkan jam 2 siang, perjalanan akan dilanjutkan menuju ke Bayur di Pos XV - Rumah Ulin Arya. setiap akan meninggalkan lokasi selalu di isi dengan sesi foto bersama rekan-rekan di komunitas Jelajah, teriakan yel yel jelajah tangguh bagaikan pelecut semangat untuk kembali bersiap narek gas tipis-tipis.

Pos XV - Rumah Ulin Arya

Sesampainya di tempat ini kami disambut oleh nuansa asri dengan rimbunnya pepohonan. Saat melintas masuk tatapanku pun hanya terpaku ke sebuah gazebo, dan tak ingin jauh-jauh dari situ. Lumayan dapat meluruskan pinggang setelah melalukan perjalanan panjang. Hehe
Untuk fasilitas sendiri di Rumah Ulin Arya sangatlah lengkap dan salah satu undasnya disini adalah sebuah kolam renang sehat bernuansa Bali. Jadi tak perlu ke luar pulau kan cukup datang ke Rumah Ulin Arya saja. Hehe

Pos XV - Rumah Ulin Arya 

Melanjutkan perjalanan kembali setelah beberapa pos letaknya di pinggiran kota, kali ini rutenya kembali menuju ke dalam kota yaitu ke Jln. Ir. H. Juanda di Pos XVI - Kantine Lounge and Resto.
Setelah berpanas-panasan di jalan pada saat berada di Kantine suasananya cukuplah berbeda, bersantai sejenak di deretan sofa yang empuk di tambah dinginnya ruangan ber ac tentu saja membuat tubuh ini menjadi fresh kembali. Sedangkan untuk Pos XVII - Cafe Yen Delight kami tak mampir di pos tersebut.

Pos XVI - Kantine Lounge and Resto

Pos XVIII - Taman Samarendah

Di taman kota ini adalah pos terakhir sebelum finish di halaman parkir Gor Segiri. Setelah mengisi absen dan foto bersama, tak lupa kami beserta rombongan menuju ke halaman depan Museum Samarinda yang saat ini masih dalam proses pembangunan, dan kebetulan juga tempatnya berada di seberang taman Samarendah.

Pos XVIII - Taman Samarendah

Museum Samarinda

Finish dan berlimpah hadiah

Setelah mengelilingi berbagai objek wisata di Samarinda sampailah kami di Pos XIX - Halaman Parkir Gor Segiri.
Dilokasi inilah tempat finish Fun Rally Motor Wisata. Sesampainya disana kami beristirahat makan sembari menunggu peserta rombongan lain tiba.
Setelah semua peserta Fun Rally Motor Wisata tiba, maka acara yang di tunggu adalah pengundian doorprize, dan alhamdulillah beberapa orang peserta dari komunitas Jelajah mendapatkan hadiah doorprize.

Kegembiraan setelah mendapat hadiah doorprize

Demikian catatan kegiatan kami bersama komunitas Jelajah saat mengikuti acara Fun Rally Motor Wisata 2018. Selamat hari jadi kota Samarinda ke 350 tahun.
Semoga tetap menjadi kota yang teduh, rapi, dan aman.

Koleksi foto : Rudy / Jelajah

By Jejak Si Koceng

Friday, January 26, 2018

Mengenal Panji Agung Berjaya Di Zaman Kepemimpinan Sultan Adji Muhammad Sulaiman

Panji Agung Berjaya (bendera macan)


Kali ini etam bekesah sejarah singkat maha yoh, mungkin tak tapi banyak orang yang tahu kalau pada zaman dahulu Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura pada saat di pimpin oleh Sultan Adji Muhammad Sulaiman, mempunyai sebuah panji kebesaran bernama " Panji Agung Berjaya ".

Kesahnya tu tegak ni : Sewaktu Sultan AM Sulaiman di penjara oleh penjajah di kandang macan di Belanda, hebatnya bukannya di terkam malah macan tersebut justru jinak dengan Sultan AM Sulaiman. Sekembalinya dari penjara di kandang macan, itulah cikal bakal bendera bergambar macan di bawah ketopong (mahkota sultan) dengan nama Panji Agung Berjaya atau sering disebut bendera macan. Panji tersebut berkibar di hadapan keraton atau kampong panji pada zaman pemerintahan Sultan AM Sulaiman sampai ke zaman pemerintahan Sultan AM Parikesit.

Saat ini Panji Berjaya tak pernah di kibarkan lagi, karena termakan usia dan kondisi fisik kainnya yang mungkin sudah mulai rapuh. Bendera tersebut dismpan di Museum Mulawarman sebagai koleksi benda peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.



Sumber : Adji Pangeran Hario Atmo Kesumo

Kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara ing martadipura



Thursday, January 25, 2018

Mengapa Menjaga Budaya Itu Penting

Anyaman manik khas kalimantan
Ilustrasi : Anyaman manik khas Kalimantan

Bumi nusantara yang kita huni memiliki kekayaan budaya. Bermacam adat, suku dan bahasa, termasuk kebiasaan hidup, memberikan warnanya dari ujung Sumatera hingga Papua. Bersyukur kita berada ditengahnya. Bahkan kita sendiri adalah bagian dari khasanah nan megah itu. Maka tugas kitalah untuk menjaganya.



Bersyukur tentu tidak cukup hanya permainan kata. Namun harus bisa diwujudkan dengan sikap nyata berusaha menjaga dan melestarikannya.

Mengapa menjaga budaya itu penting ? Karena : 

Pertama. Budaya adalah aset tak ternilai. Aset otentik yang membentuk ciri. Orang tidak perlu berkata-kata untuk menyatakan darimana asalnya. Karena bisa jadi dari gaya berpakaian dengan ornamen khas, akan cukup menjadi simbol yang bisa menjawab.  

Kedua. Budaya itu adalah cerminan keteraturan. Dalam konteks personal, budaya juga berlaku. Seseorang yang terampil membagi waktunya dengan baik hidupnya pasti lebih teratur. Hasilnya ia akan lebih cepat maju. karena faham betul bagaimana menjalani kehidupannya, sehingga terasa menyenangkan. Mana waktunya kerja, sekolah, kuliah, berlibur, dsb, dijalani dengan nyaman. Waktu dan tenagapun menjadi efektif. Maka pantas kiranya seseorang ini kita sebut sebagai orang yang berbudaya tinggi. 


Tarian tradisional Dayak Kalimantan
Ilustrasi : Tarian suku Dayak Kalimantan

Ketiga. Budaya bangsa adalah tameng pengaruh negatif. Budaya ketimuran yang identik bagi hampir seluruh alam dunia ke-3, punya kecenderungan berbeda dengan budaya di negara-negara tua sebelumnya. Sebutlah antara negara-negara belahan barat dan timur. Amerika, Eropa dengan Afrika dan Asia. Masing-masing memiliki kekhasan. Ada kalanya budaya barat memang tidak cocok diterapkan di timur.

Apalagi di era globalisasi dengan segala kecanggihan sekarang. Budaya barat dengan mudah terakses. Sayangnya manusia timur terkadang latah, dengan "menelan mentah-mentah" nilai yang sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian atau jati diri sesungguhnya. Sebagian kalangan orang tua di "sana" mungkin tidak melarang anaknya menjalani hubungan layaknya suami-istri diluar nikah. Gaya hidup bebas, free-style, budaya Lu-Lu, Gue-Gue, nikah sesama jenis kelamin dan masih banyak lagi. Dengan tidak menafikan bahwa banyak juga sebenarnya budaya positif yang patut dicontoh, gaya hidup seperti contoh tadi, memang tidak terlarang. Bukan hal yang salah bagi mereka. Karena, ya memang budaya mereka seperti itu.

Dari sinilah maka seyogyanya setiap individu menyadari bagaimana pentingnya menjaga dan melestarikan budaya. Dalam skup yang luas, budaya itu bukan hanya sekedar soal suku, adat, bahasa, tarian, rumah atau benda-benda khas kedaerahan saja. Namun budaya juga adalah hal yang mencakup seluruh sendi kehidupan manusia. Makanya tidak heran, kalau ada ungkapan yang mengatakan bahwa mereka yang maju, berprestasi atau canggih itu adalah mereka yang berbudaya tinggi. Jadi, mari jaga budaya. Budaya yang positif tentu saja.

Sekian artikel sederhana ini dan terima kasih sudah membaca. Wassalam



Foto : flickr

Tuesday, January 23, 2018

Enceng Gondok ( elong ) Tumbuhan Legedaris di Zaman Old

Enceng Gondok/elong


Tahu ndik awak dengan enceng gondok/elong !?

Jangan pernah bertanya seperti itu ke generasi zaman now, karena bagi mereka tumbuhan semacam elong tak ubahnya seperti tumbuhan liar yang tak berpaedah. Tetapi kita tak akan mendapatkan jawaban seperti itu apabila bertanya ke generasi zaman old, jawaban mereka syarat akan nostalgia semasa kecilnya.. Hehe

Pertama-tama etam kenalan dulu dengan yang namanya elong atau bahasa latinya enceng gondok. Elong adalah jenis tumbuhan mengapung dan termaksud kategori gulma, yang akan banyak kita temui di lingkungan perairan.

Mengingat akan elong tak ubahnya membawa kita kembali bernostalgia semasa kecil, terutama bagi sebagian mereka yang semasa kecilnya bertempat tinggal di pinggiran sungai mahakam.

Ketika di tanah hulu lagi banjir, disepanjangan sungai mahakam akan banyak sekali kita temui hamparan elong yang larut terbawa arus sungai mahakam. Sangkin luasnya hamparannya bisa seperti sebuah pulau yg berjalan.

Nostalgia semasa kecil bermain elong

Tentu sebagian dari kita akan teringat kembali saat masih masa kanak-kanak, dimana menjadikan elong sebagai bahan permainan. Kalau anak perempuan biasanya menjadikan elong sebagai bahan dasar untuk bermain masak-masakan, batang dan daun elong di umpamakan sebagai sayurannya.

Sedangkan untuk anak laki-laki menjadikan batang elong sebagai bahan membuat kapal-kapalan. Batangnya di potong-potong sekitar 5 atau 6 batang kemudian di bentuk menjadi sebuah rakit, untuk menyambungnya menggunakan batang lidi, layarnya sendiri menggunakan daunnya.

Selain di jadikan untuk mainan, hamparan elong juga di manfaatkan anak-anak zaman old untuk mencari jukut/ikan maupun udang. Dengan bermodal tudung makanan, bisa juga ransang nasi yang di jadikan sebuah tanggok/serok.
Kegiatan menanggok di sungai sering di lakukan pada saat sehabis pulang sekolah, memanfaatkan rindangnya hamparan elong yang menjadi tempat favorit untuk di tanggok di bawahnya. Kalau lagi nasib lagi beruntung tentunya akan banyak mendapatkan jukut atau udang, tapi kalau pas lagi apesnya biasanya tetanggok sanggar aer. Wkwkwk


Demikianlah sedikit cerita nostalgia dengan tumbuhan legendaris di zaman old, sampai ketemu kembali di cerita-cerita ngeramput versi jejak si koceng...

Jadi Lugu Itu Enak

Lugu itu enak


Mungkin kita berfikir, bahwa orang yang paling beruntung itu adalah yang humoris. Karena dia jadi punya banyak teman. Dengan banyaknya teman berarti membuka peluang. Apalagi yang berbisnis. Banyak teman berarti banyak relasi. Banyak relasi berarti membuka peluang untuk mengembangkan usaha.

Atau mungkin juga sahabat ada dipihak yang menganggap bahwa orang yang beruntung adalah yang pendiam. Apa sebab ? Sebab orang pendiam itu lebih banyak kerjanya. Dia cenderung akan menghabiskan tenaga dan waktunya dengan berbuat, bukan berbicara. Dengan giat bekerja, produktifitas meningkat. Suksespun jadi lebih mudah diraih.

Memang masing-masing kita pasti punya anggapan sendiri tentang mana karakter yang lebih menguntungkan. Lebih mendatangkan kebaikan. Tidak saja kini, tapi juga nanti. Yang jelas kalau yang positif kita miliki, bersyukur. Sedangkan yang negatifnya, ayo benahi. Mau bawaan yang gimana saja, pasti tetap ada plus-minusnya. Kan ngga ada manusia yang sempurna.

Penulis juga punya pendapat ni. Yang paling untung, enak, santai, ngga banyak beban itu adalah yang lugu. Koq bisa ? Ini dianyara alasannya :

1. Tidak Haus Pujian 

Orang lugu itu ngga pusing dengan anggapan orang lain terhadapnya. Mau dinilai baik ya syukur, mau dikatain tidak baik ya juga nerima. Sebab orang lugu itu tidak suka pamer kelakuan, supaya orang lain memuji dan menyanjungnya. Jiwanya jadi merdeka dan sangat menikmati apa yang dilakukannya.

 2. Cenderung Mudah Menjadi Lebih Baik

Sosok lugu itu transparan, apa adanya. Masalah nanti dia tahu bahwa ternyata apa yang dilakukannya itu keliru, baik karena kesadaran diri sendiri maupun berdasarkan masukan orang lain, toh itu berarti satu tanda kebaikan. Mendapatkan semangat untuk memperbaiki diri adalah hal yang sangat berharga. Lagipula justru dengan keluguan, kepolosan itu biasanya malah lebih mempermudah datangnya saran atau masukan konstruktif. Jadi untungkan ?

3. Tulus Berbuat

Orang yang lugu itu lebih terpelihara dari keinginan berlebihan mendapatkan imbalan atas setiap apa yang dilakukannya. Memperoleh imbalan pada akhirnya, tidak lebih penting daripada bagaimana agar apa yang menjadi tanggungjawabnya bisa lebih dulu dikerjakan dengan baik.

Dia juga yakin, yang namanya rezki, imbalan, sudah ada yang menentukan. Kalau memang ada, pastilah tidak akan luput. Iapun menyadari bahwa karunia dan rezki tidak harus sesuai dengan apa yang diinginkan. Karena Tuhan maha tahu karunia apa yang sebenarnya lebih dibutuhkan demi kebaikan dirinya.

Sahabat, ternyata enak ya jadi orang lugu itu. Jadi mari kita lugu bersama. Anda mau ?    


Monday, January 22, 2018

Elat Sapi Jajak Khas Kalimantan Timur

Ilustrasi jajak elat sapi 

Kali ini akan ku ceritakan sebuah jajak legendaris bernama elat sapi yang sangat terkenal pada saat Zaman Old. Tentu bagi kebanyakan generasi milennial di saat ini mungkin masih terasa asing di telinga mereka mendengar nama jajak Elat Sapi, apalagi boro-boro untuk mencicipinya. Hehe

Saya sendiri tak begitu tau sejarahnya kenapa dinamakan elat sapi, mungkin kerena bentuknya yang memang seperti lidah sapi sehingga dinamakan seperti itu.

Bagaimana dengan bentuknya !?

Mungkin bagi kalian yang sering menonton cartoon Doraemon pasti tak asing dengan makanan favorit keluarga Nobita yaitu Dorayaki, naah itu sudah bentuknya mirip sekali seperti jajak elat sapi. Kalau tidak banyak salahnya dorayaki yang sering kita lihat di serial doraemon itu aslinya adalah memang jajak elat sapi yang di ekspor langsung ke negeri jepang. Wkwkwk

Jajak elat sapi sangatlah nyaman apabila dijadikan menu sarapan pagi pasangan yang paling pas kalau di temani secangkir teh panas maupun kopi. Teksturnya sendiri sangatlah lembut, selembut kasih ibu sepanjang masa :D

Terbuat dari campuran gula habang, gelepung, lenga, dan sedikit soda kue itulah bahan-bahan dasar kalau ingin membuat elat sapi. Untuk membuatnya juga di perlukan teknik khusus, dari cara membikin adonannya, membuat cetakannya, sampai tehnik memasaknya. Jadi perlu skill tingkat dewa untuk memolahnya. Hehe

Dari zaman old sampai ke zaman now eksistensi jajak elat sapi sampai saat ini masih belum tergoyahkan, bersaing dengan kue-kue yang modern tak membuat elat sapi pamornya meredup. Untuk mendapatkannya sendiri saat ini jajak elat sapi masih dengan sangat mudah kita temui di warung-warung terdekat, asal mencarinya jangan ke toko bangunan saja karena bisa si pastikan disana takkan tersedia. Hehe

Jajak elat sapi juga sangat cocok untuk di jadikan oleh-oleh pada saat berkunjung ke Kaltim, selain harganya relatif terjangkau berkisar 10.000an dan juga elat sapi memiliki daya tahan yang cukup baik bisa bertahan sampai sebulan.

Dibalik senda gurau yang kusampaikan ini ada satu harapanku setidaknya bagi para orang tua marilah memperkenalkan jajanan khas lokal ke anak cucu kita agar mereka tau kalau jajanan lokal nggak kalah juga enaknya dengan jajanan di luaran sana...

By Jejak Si Koceng

Sunday, January 21, 2018

Pengalaman Berburu (sunrise) di puncak Batu Dinding Km 45 Samboja

Pengalaman Saat Berburu Sunrise bersama rwkan-rekan
Batu Dinding Km 45 Samboja

Wisata alam Batu Dinding lokasinya berada di km 45 jalan poros arah Balikpapan-Samarinda atau lebih tepatnya berada di Desa Bukit Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Puncak batu memanjang seperti pundak kuda kurus, dari selatan ke utara. Panjang kurang lebih 500 meter. Sekelilingnya di tumbuhi hutan, karena letaknya yang memang berada di Rimba Borneo Timur.


Seperti yang sudah di rencanakan sehari sebelumnya saya dan rekan-rekan kepengen mengisi libur tahun baru dengan berburu sunrise di puncak Batu Dinding Samboja.

Mengingat rute perjalanan dari samarinda ke Batu Dinding Samboja memerlukan waktu setidaknya 2 jam, kami memutuskan untuk berangkat pada pukul 03:00 dini hari. Melihat kondisi jalan poros Samarinda-Balikpapan di kalau malam sangat gelap karena minim atau tidak tersedianya lampu penerang jalan dan juga mempunyai tikungan meliuk liuk bagai di Sirkuit Moto GP. Kami memutuskan memakai metode gas tipis-tipis atau bahasa kerennya biar lambat asal selamat sampai di tujuan. hehe

Selepas melewati bukit soeharto kami bersama rekan-rekan beristirahat sejenak di deretan warung-warung yang buka sampai 24 jam sekedar melepas rasa kantuk dan juga pegal selama di perjalanan. Sekitar pukul 05:00 kami melanjutkan lagi perjalanan sekitar 15 menit untuk sampai  ke gerbang pintu masuk lokasi wisata Batu Dinding. Sesampainya di pintu gerbang masih harus menempuh perjalanan sekitar 8 Km lagi untuk bisa sampai ke Batu Dinding.

Gerbang pintu masuk menuju Batu Dinding terletak
di jalan Poros Balikpapan-Samarinda Km 45 Samboja

Bagaimana dengan akses jalan menuju Batu Dinding !?

Di awal-awal setelah memasuki gerbangnya sih kondisi aman terkendali karena sudah semenisasi. Sekitar 2 kiloan laah ketemu jalan yg nyaman di lewati, selepas itu sepanjang perjalanan sudah menanti yang namanya jalan bebatuan bercampur tanah plus bonus licak apabila habis hujan. hehe

Setelah menempuh ¾ perjalanan kita sampai di pos penjagaan tempat mengisi daftar buku tamu sekalian membayar biaya Retribusi ke objek wisata Batu Dinding dengan ongkos Rp.5.000/org dan untuk kendaraan yang kita pakai juga di kenakan tarif yang sama sebesar 5 ribu rupiah/motor.

Selesai mengisi daftar tamu dan membayar ongkosnya kami pun melanjutkan lagi perjalanan sekitar 2,5 km, setelah melewati pos penjagaan kondisi jalannya udah lumayan nggak seperti sebelumnya karena meskipun jalannya berbentuk seperti parit lebar 1 meteran di tengahnya di cor semen dengan lebar sekitar 20cm muat untuk 1 kendaraan. Berkat biaya retribusi yang di pungut dari pengunjung dan dengan swadaya masyarakat di sekitar lokasi Batu Dinding.

Pos penjagaan tempat kita mengisi daftar buku tamu dan
membayar biaya retribusi . Bagi yang menggunakan
kendaraan roda 4 bisa menggunakan jasa ojek yang di tersedia di pos ini

Setibanya di kaki bukit tempat parkiran motor tanjakan yang lumayan tinggi sudah menanti, lumayan olah raga bejalan kaki sampai ke gerbang batu dinding. Sesampainya di gerbang batu dinding yang di pagari dengan bambu ber cat kan warna merah dan putih kita akan menjumpai tangga sebagai akses untuk naik ke batu dindingnya, jadi untuk safety sudah terpenuhi dan menjadi lebih mudah untuk segara sampai ke puncaknya.

Gerbang di kaki bukit sebelum naik ke Batu Dinding

Sesampainya di atas batu dinding sekitar jam 06:30 ternyata harinya udah terang dan buruan pun meleset kalau mengambil istilah kekinian tu zonk dapatnya.

Apakah kecewa karena buruannya meleset !?

Tentunya tidak donk karena setibanya sampai di atas pun kita semua bersama rekan-rekan udah bahagia, setidaknya rasa capek di perjalanan terobati semua setelah melihat pemandangan indah di puncak Batu Dinding, dan seperti pengunjung pada umumnya yang setibanya di atas langsung mengabadikan gambar-gambar dan juga pada assik selfie tentunya kami pun langsung ikutan eksis juga berfoto-fotoan bareng rekan-rekan.

Mesti tetap berhati-hati saat berada di Batu Dinding
karena kondisi bebatuan disana ada sebagian yang licin

Setelah hampir sekitar 3 jam  bersantai ria menikmati keindahan puncak batu dinding,kami bersama rekan-rekan memutuskan untuk turun dan kembali melanjutkan perjalanan ke Pantai Tanjung Harapan Samboja.


Demikianlah Pengalaman libur tahun baru bersama rekan-rekanku, mungkin kegagalan berburu sunset di batu dinding ini menjadi alasan terbesarku  untuk tidak jera dan berharap suatu saat nanti bisa datang kembali kesini lagi. wasalam ...

Air Terjun Kandua Raya dan Air Terjun Putang di Desa Wisata Kedang Ipil ( kota bangun )


Selain menyimpan keunikan budaya adat lawasnya, desa Kedang Ipil, kecamatan Kota Bangun - Kutai Kartanegara. Juga mempunyai potensi objek wisata air terjun Kandua Raya dan air terjun Putang.

Naah kali ini Jejak Si Koceng akan menceritakan pengalaman seru kami saat ngetrip ke air terjun (arter) Kendua Raya dan arter Putang di desa wisata Kedang Ipil. Seperti yang sudah di rencanakan pagi itu tepat di hari minggu kami bersama tekan-rekan yang lain sepakat berkumpul di SPBU Bukit Biru (titik awal keberangkatan), sembari mempersiapkan bekal air minum dan juga mengisi BBM untuk melanjutkan perjalanan.

Untuk waktu perjalanannya sendiri dari Tenggarong menuju ke simpangan jalan masuk ke Kedang Ipil memerlukan waktu tempuh sekitar 1,5 sampai 2 jam. Kondisi jalannya sendiri sangatlah baik , cuman ada satu titik di sekitar km 40an yang separuh badan jalan longsor jadi mesti tetap berhati-hati.

Seiring berjalannya waktu sampailah kami di gerbang jalan pintu masuk menuju ke desa Kedang Ipil, setiba disana kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari ngopi dan juga sarapan di warung yg terdapat di sekitar gerbang jalan. Karena untuk masuk ke desa Kedang Ipilnya masih membutuhkan waktu sekitar 30 - 45 menit lagi, jadi mesti menyiapkan tenaga ekstra. Hehe

Dari jalan poros arah ke Kota bangun kita akan dengan
mudah melihat sebuah papan nama sebagai penanda
lokasi untuk masuk menuju ke desa Kedang Ipil.

Setelah puas beristirahat kami memutuskan melanjutkan lagi perjalanan masuk ke desa Kedang Ipil yang berjarak ±18 km dari pinggir jalan raya. Akses jalannya sendiri bervariasi kadang tanah kadang berbatu malah banyak ketemu jalan yang berbatu, karena akses menuju ke desa Kedang Ipil melewati jalan Perusahaan Perkebunan kelapa sawit. Terkecuali kalau sudah memasuki perkampungan warga baru jalannya bagus karena sudah di semenisasi, di perjalanan sendiri kita tak usah khawatir takut tersesat karena di setiap persimpangan jalan yang saya temui selalu ada papan petunjuk arah jadi kita tinggal mengikuti arahnya saja.

Setelah sampai di desa Kedang Ipil suasana pedesaan yang asri dengan bangunan rumah-rumah tuanya masih dapat kita jumpai saat melintasi di pemukiman penduduk, dan juga keramah tamahan warga di sekitar juga membuat kita sebagai pengunjung merasa nyaman saat berada disitu. Tepat di ujung kampungnya terdapat pos penjagaan/gerbang masuk untuk menuju ke lokasi air terjunnya. Cukup dengan membayar tiket masuk seharga Rp.7000/motor tentunya sangat murah meriah kan. hehe

Perjalanan masuk sekitar 1 km ke arter Kandua raya akses jalannya sebagian jalan sudah di semenisasi dan sebagian masih tanah jadi mesti hati-hati karena kondisi jalan nanjak dan licin apalagi kalau sehabis diguyur hujan.

Pos penjagaan untuk masuk ke arter Kandua Raya
dan arter Putang. Tiketnya masuk Rp.7000/kendaraan

Air terjun Kendua Raya memiliki 3 tingkat dengan ketinggian mencapai 5 meter dan lebar lebih kurang 20 meter. Air terjun ini tidaklah tinggi namun jika dimusim hujan atau jika air pasang, maka dapat menjadi tempat arung jeram sejauh 10 Km. Di sekitar air terjun terhampar hutan yang masih alami dan mendukung keindahan panorama air terjun Kandua Raya.

Pada saat hari libur pengunjung biasa membludak di arter Kandua Raya terutama yang membawa anak-anak untuk sekedar bermain air atau berenang. Tapi perlu di ketahui juga kondisi bebatuan disana sangat licin jadi mesti ekstra hati-hati, untuk fasilitas di objek wisata Kendua Raya ada berupa pos penitipan barang dan juga penyewaan ban/pelampung beserta peralatan wisata tubing dan juga ada warung jadi tak usah khawatir kalau perut udah mulai merasa lapar atau hanya sekedar membeli air minum tentunya dengan harga yang terjangkau.

Saat menikmati kesegaran air terjun bersama rekan-rekan

 Setelah puas bermain air di Kandua Raya kami melanjutkan perjalanan ke air terjun Putang yang jaraknya sekitar 2,33 km dari arter Kandua Raya. Waktu tempuh sekitar 30/45 menit, kondisi jalannya sendiri berupa jalan setapak yang masih berupa tanah dan posisi yang menanjak, sehabis hujan kondisi jalannya sangatlah licin dan perlu ekstra hati-hati. Sangat di sarankan apabila menuju kesana mempersiapkan dulu bekal air minum dan juga makanan karena disana tidak ada warung. Kalau ragu dengan kondisi kendaraan bisa juga untuk menuju ke air terjun putang menggunakan ojek trail yang sudah di sediakan pihak pengelola disana atau kalau mau bisa juga berjalan kaki hitung-hitung Olah Raga buat ngencangin otot kaki. Hehe

Akses jalan menuju arter Putang 

Pada saat kami bersama rekan-rekan menuju ke arter Putang, kondisi cuaca lagi di guyur hujan. Tentulah perjalanan kami kali ini sangat menyenangkan disamping melelahkan tentunya, karena kondisi jalan yang menanjak di tambah permukaan tanah yang licin. Terkadang kami bersama rekan-rekan saling bahu membahu membantu mendorong motor agar bisa tembus naik ke tanjakan.

Air terjun Putang

Setelah melalui perjalanan yang memerlukan perjuangan ekstra tibalah kami di arter Putang, melihat keindahan air terjunnya segala kepenatan rasanya akan terbayar lunas.

Air terjun Putang sendiri memiliki ketinggian sekitar puluhan meter ( perkiraan karena tak sempat mengukur ketinggiannya ), dan juga di bawahnya ada kolam pemandian Putri Selimbur Buyeh yang tidak terlalu dalam hanya sekitar 1 sampai 2 meteran tergantung kondisi curah hujannya kalau lagi jarang hujan ya bisa di pastikan kondisinya airnya surut.

Bersama rekan-rekan menikmati kesegaran arter Putang

Suasananya sendiri disana tak seramai di arter Kandua Raya karena akses jalannya juga tak semudah ke Kendua Raya. Jadi kalau kesana, jangan "nekat" sendiri. Usahakan bawa teman atau rombongan agar lebih ringan jika harus mengatasi hambatan berupa keadaan atau kondisi diluar dugaan.

Puas menikmati keindahan alam di arter Putang, tak terasa hujan pun mengguyur semakin deras. Mengingat perjalanan turun ke desa Kedang Ipil tidaklah mudah karena kondisi jalan yang licin, kami memutuskan untuk segera kembali menuju ke desa Kedang Ipil.

Sesampainya kembali ke desa rasanya ada yang kurang kalau tidak membeli oleh-oleh khas kedang ipil berupa gula habang ( gula merah ) yang di jual Rp.25.000/kg yang barang tentu terjamin kemurniannya, disana juga terdapat sebuah warung yang menjual pernak pernik kerajinan tangan khas kutai Kedang Ipil. Jadi buat rekan-rekan semua yang berkunjung ke desa wisata Kedang Ipil jangan lupa membeli oleh-olehnya yaah.. :)

Demikianlah catatan perjalanan Jejak Si Koceng ketika ngetrip ke air terjun Kandua Raya dan air terjun Putang di desa Kedang Ipil. Sampai bertemu di cerita trip berikutnya...

Saturday, January 20, 2018

Objek Wisata Alam Air Terjun Katak Km 38 Samboja

Ngetrip Bersama Komunitas Jelajah di Air Terjun Katak Km 38 Samboja
Air Terjun Katak Km 38 Samboja

Air terjun katak, mendengar namanya saja sudah membuat PANASaran. Yang ku bayangkan mungkin airnya yang meloncat-loncat bagai katak dan ternyata tak seperti yang ku bayangkan, di atas air terjunnya memang banyak kataknya mungkin itu salah satu faktor makanya air terjun tersebut di namai air terjun katak.

Bagaimana dengan air terjunnya...!?

Kalau menurut pendapatku pribadi sih air terjun katak punya ciri khas tersendiri, selain banyak kataknya dan juga airnya cukup bersih. Kalau soal ketinggiannya sih hampir kurang lebih sama saja seperti di air terjun bukit biru dan seperti air-air terjun pada umumnya, cuman yang membedakan perjalanan untuk menuju ke air terjunnya itu yang mempunyai sensasi tersendiri. Hehe

Lokasi Air Terjun Katak berada di km 38 samboja jalurnya masuk ke simpangan arah ke objek Wisata Bukit Bengkirai atau ke Sepaku. Dari simpangan masuk ± 8 km nanti di pinggir jalan raya sebelah kiri jalan ada terpasang spanduk bertuliskan " selamat datang di air terjun katak km 38 " yang di prakasai oleh komunitas JEJAK BUDAYA. Di seberang spanduk tadi kita sudah bisa melihat jalan masuk untuk menuju ke air terjunnya, dengan kondisi jalan yang bisa saya katakan masih kurang enak untuk di lalui karena masih tanah bercampur bebatuan dan kalau lagi musim hujan tentunya licak yang akan mendominasi sepanjang perjalanan. Untuk sampai ke Arternya kita harus masuk lagi ke dalam menempuh jarak sekitar 7 km. Jangan khawatir takut tersesat karena kalau sudah masuk ke dalamnya kita hanya lurus saja ngikutin jalan dan nyampe dech ke Arternya. Hehe

Didepan spanduk masuk arter Katak Samboja
Spanduk sebagai tanda lokasi di depan pintu
masuk ke Air Terjun Katak Km 38 Samboja yang
diprakasai oleh Komunitas Jejak Budaya

Pada Saat kita berada di Arter katak kita bisa melihat sebuah spanduk bertuliskan " jangan meninggalkan sampah disini, tinggalkan sebuah cerita ". Terinspirasi dari tulisan spanduk tersebut saya akan bercerita tentang pengalamanku bersama komunitas Jelajah pada saat hari minggu kemarin ngetrip ke Arter Katak.

Pagi itu sekitar pukul 06:30 rekan-rekan dari Komunitas Jelajah sudah berkumpul di depan Halte Islamic Center Samarinda. Untuk memulai keberangkatan seperti biasa karena lagi musim penghujan pagi itu juga Samarinda dan sekitarnya di guyur hujan dan sempat mendapat keragu-raguan jadi apa tidaknya nch hari berangkat mengingat kalau hujan sudah bisa di pastikan kondisi jalan ke air terjun bakalan licak, dan tentunya motor akan susah untuk bisa masuk terlalu jauh. Karena rasa PANASaran lebih besar dari dinginnya cuaca pagi itu kami tetap berangkat dalam istilah kami sih nyebutnya " gas tipis-tipis " biar lambat asal selamat.

Untuk ngetrip kali ini kami di pandu oleh mas Echo dan pak Anthony Rahkman beserta istri dari Komunitas Jejak Budaya. Sesampainya kami di jalan masuk menuju air terjun keseruan itu segera di mulai tak kala melihat kondisi jalan yang dari kejauhan bagai hamparan coklat alias berlumpur. wkwkwk

Sebelum masuk ke dalam tak lupa rekan-rekan yang lain pada mengisi amunisi dulu entah itu sarapan dan beristirahat sejenak. Mengingat rute yang akan di lalui kali ini tidak mudah jadi modal nekad saja tidak cukup melainkan harus menyiapkan bekal konsumsi dan terutama air minum yang cukup. Setelah urusan perut sudah terpenuhi waktunya untuk melanjutkan perjalanan masuk ke lokasi air terjunnya, ada dua opsi yang di tawarkan apakah memarkir motor di pinggir jalan raya saja dan masuknya berjalan kaki saja ke dalam atau sedikit memaksakan motor untuk masuk sampai semampunya. Akhirnya semua opsi di pilih sebagian ada yang berjalan kaki dan sebagian lagi bermotor menerobos kubangan licak, sedangkan saya sendiri memutuskan untuk masuk ke dalamnya menggunakan motor.

Lintasan jalan yang becek menuju arter Katak Samboja
Kondisi Jalan menuju Air Terjun Katak
apabila lagi musim penghujan. Sensasinya mantab
berjalan di kubangan licak

Karena sulitnya medan yang berlumpur motor kami masuknya cuman bisa sampai 2 km saja. Kami pun memutuskan untuk memarkir kendaraan di dekat pondok perkebunan warga dan memutuskan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Seperti lirik lagu " sepanjang jalan kenangan " perjalanan kami untuk sampai ke air terjunnya juga lumayan panjang. Berjalan di kubangan licak dengan kondisi yang licin di tambah langkah kaki yang begitu berat tidak menyurutkan langkah kami untuk menuju Arter Katak. Sepanjang perjalanan canda tawa bersama rekan-rekan tak hentinya kalau melihat sesuatu yang lucu semisal pada saat berjalan mulai terdengar suara gemuruh, semua pada berhenti sejenak mencari sumber asal suara. Kami kira perjalanan kami udah mau nyampai, eh ternyata suara perut kawan yang lagi bergemuruh karena nggak sempat sarapan . Wkwkwk

Jalan mendaki dan becek saat musim hujan
Berjalan kaki melintasi perbukitan 

Melangkah perlahan tapi pasti di iringi keringat yang bercucuran setelah menapaki bukit akhirnya rombongan kami pun sampai ke lokasi Arternya. Tak terasa rupaya perjalanan kami lumayan lama juga hampir 2 jam karena jalan santai saja lebih banyak singgah beristirahat. Kesan pertama setelah melihat air terjunnya dalam hati berkata tak sia-sia jauhnya perjalanan terbayar lunas dengan keindahan air terjunnya, setelah mencuci alas kaki yang penuh licak tubuh ini tak sabaran lagi untuk segera menceburkan diri menikmati kesegaran dinginnya Air Terjun Katak.

Menikmati segarnya arter Akatak Samboja

Setelah puas bemandian di air terjun tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16:00 Sudah waktunya untuk kembali pulang. Tetapi, sebelum meninggalkan lokasi kami beserta rekan-rekan Jelajah tak lupa untuk melakukan aksi sadar wisata dengan memunguti sampah-sampah plastik di sekitar lokasi air terjun. Ketika sudah bersih saatnya untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Lakukan aksi sadar wisata
Kamipun tak lupa lakukan aksi sadar wisata

Sebelum meninggalkan lokasi kami pun bersama Rekan-rekan yang lain melakukan aksi sadar wisata, dengan memungut sampah-sampah plastik sebagai rasa ucapan terima kasih karena alam telah menyambut kami dengan keindahan Air Terjunnya.

Sebelum ku akhiri cerita ini tak lupa saya berterima kasih untuk rekan-rekan Jejak Budaya yang sudah mau meluangkan waktunya menjadi pemandu kami untuk menuju ke lokasi Arter dan tak lupa juga buat rekan-rekan di Jelajah atas pengalaman yang sangat berkesan di trip kali ini.

Komunitas Jelajah-HoS
Foto bersama dengan seluruh rekan dengan latar Air Terjun

Sumber Foto : Koleksi Jelajah dan Jejak Budaya