Mungkin kita berfikir, bahwa orang yang paling beruntung itu adalah yang humoris. Karena dia jadi punya banyak teman. Dengan banyaknya teman berarti membuka peluang. Apalagi yang berbisnis. Banyak teman berarti banyak relasi. Banyak relasi berarti membuka peluang untuk mengembangkan usaha.
Atau mungkin juga sahabat ada dipihak yang menganggap bahwa orang yang beruntung adalah yang pendiam. Apa sebab ? Sebab orang pendiam itu lebih banyak kerjanya. Dia cenderung akan menghabiskan tenaga dan waktunya dengan berbuat, bukan berbicara. Dengan giat bekerja, produktifitas meningkat. Suksespun jadi lebih mudah diraih.
Memang masing-masing kita pasti punya anggapan sendiri tentang mana karakter yang lebih menguntungkan. Lebih mendatangkan kebaikan. Tidak saja kini, tapi juga nanti. Yang jelas kalau yang positif kita miliki, bersyukur. Sedangkan yang negatifnya, ayo benahi. Mau bawaan yang gimana saja, pasti tetap ada plus-minusnya. Kan ngga ada manusia yang sempurna.
Penulis juga punya pendapat ni. Yang paling untung, enak, santai, ngga banyak beban itu adalah yang lugu. Koq bisa ? Ini dianyara alasannya :
1. Tidak Haus Pujian
Orang lugu itu ngga pusing dengan anggapan orang lain terhadapnya. Mau dinilai baik ya syukur, mau dikatain tidak baik ya juga nerima. Sebab orang lugu itu tidak suka pamer kelakuan, supaya orang lain memuji dan menyanjungnya. Jiwanya jadi merdeka dan sangat menikmati apa yang dilakukannya.
2. Cenderung Mudah Menjadi Lebih Baik
Sosok lugu itu transparan, apa adanya. Masalah nanti dia tahu bahwa ternyata apa yang dilakukannya itu keliru, baik karena kesadaran diri sendiri maupun berdasarkan masukan orang lain, toh itu berarti satu tanda kebaikan. Mendapatkan semangat untuk memperbaiki diri adalah hal yang sangat berharga. Lagipula justru dengan keluguan, kepolosan itu biasanya malah lebih mempermudah datangnya saran atau masukan konstruktif. Jadi untungkan ?
3. Tulus Berbuat
Orang yang lugu itu lebih terpelihara dari keinginan berlebihan mendapatkan imbalan atas setiap apa yang dilakukannya. Memperoleh imbalan pada akhirnya, tidak lebih penting daripada bagaimana agar apa yang menjadi tanggungjawabnya bisa lebih dulu dikerjakan dengan baik.
Dia juga yakin, yang namanya rezki, imbalan, sudah ada yang menentukan. Kalau memang ada, pastilah tidak akan luput. Iapun menyadari bahwa karunia dan rezki tidak harus sesuai dengan apa yang diinginkan. Karena Tuhan maha tahu karunia apa yang sebenarnya lebih dibutuhkan demi kebaikan dirinya.
Sahabat, ternyata enak ya jadi orang lugu itu. Jadi mari kita lugu bersama. Anda mau ?
EmoticonEmoticon