Saturday, January 20, 2018

Napak Tilas Ke Sanga-Sanga bersama komunitas Jelajah-HoS

Berfoto bersama komunitas Jelajah-HoS
Komunitas Jelajah-HOS

Kecamatan Sanga-Sanga merupakan salah satu wilayah penghasil minyak bumi yang sangat penting di Kalimantan Timur sejak sumur minyak Louise untuk pertama kalinya mulai berproduksi pada tahun 1897 , disamping sumur minyak Mathilde yang ada di Balikpapan. maka tidak heran apabila Sanga-sanga menjadi objek vital yang wajib di kuasai para penjajah pada saat itu.

Selain memiliki kekayaan alam yang melimpah Sanga-Sanga juga terkenal dengan sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 27 Januari 1947 ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia ( BPRI) bahu membahu bersama rakyat mempertahankan Sanga-Sanga dari gempuran Belanda , meski akhirnya korban banyak berjatuhan dari pihak pejuang dan rakyat Sanga-Sanga. Pada saat memperjuangkan kemerdekaan.

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman seru kami bersama komunitas JELAJAH-HOS pada saat mengunjungi Situs-situs bersejarah di Kecamatan Sanga-Sanga.Pagi itu di awali dengan berkumpul di sebuah bangunan eks Bioskop Mahakama di Jalan Yos Sudarso, Setelah Metting Point dan berdoa bersama kami pun memulai perjalanan menuju Sanga-Sanga. Waktu perjalanannya sendiri kalau dari Samarinda sekitar 45 menit dan untuk Trip kali ini kami di pandu oleh om Irvan Maulana salah satu pengurus dari komunitas JELAJAH-HOS.


Goa Jepang

Goa Jepang Sanga-Sanga

Tujuan awal kami setibanya di Sanga-Sanga adalah mengunjungi situs Goa Muara Ujung yang terletak di Kelurahan Sanga-Sanga Muara. Goa yang kami kunjungi ini adalah bekas persembunyian tentara jepang yang saat ini posisinya berada di belakang rumah salah satu warga. Pada saat memasuki Goa tersebut aura yang kami rasakan adalah pengap karena kondisi Goa yang gelap dan minimnya sirkulasi udara pada saat berada di dalam Goa. Hehe :D


Monumen Perjuangan Peristiwa Merah Putih

Jelajah di Monumen Perjuangan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga

Setelah mengunjungi Goa Muara perjalanan kami bersama Rekan-rekan Jelajah berlanjut ke Monumen Perjuangan Peristiwa Merah Putih. Seperti yang di ceritakan oleh om Irvan di sini dulunya adalah Pos Jaga Pasukan Belanda, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Daerah Sanga-Sanga di tandai dengan pengrobekan warna biru dari Bendera Belanda di tempat ini Pada Tanggal 27 Januari 1947. Sehingga tinggallah yang berkibar Merah Putihnya saja.


Penjara Kolonial

Penjara Kolonial Sanga-Sanga Kutai Kartanegara

Perjalanan pun kembali berlanjut menuju ke Kelurahan Sanga-Sanga Dalam tepatnya di Jln.Masjid. Lokasi yang akan kami kunjungi adalah Penjara Kolonial Belanda yang saat ini sudah menjadi Cagar Budaya.Bangunan penjara ini merupakan rumah panggung yang memiliki 6 buah ruangan yang sempit, terdapat teralis di bagian pintu dan dibagian belakang masing-masing ruang. Penjara ini menggunakan kayu ulin sehingga bisa bertahan sampai sekarang.

Menurut cerita dulu bagian dinding diberi kawat dan dialiri listrik untuk mencegah para tawanan melarikan diri. Penjara ini dulu menampung puluhan orang dalam satu ruangan, Tak bisa di bayangkan betapa sesaknya ruangan tersebut, jadi untuk duduk pun sangat susah sekali, Mereka harus berdiri berdempetan dalam satu ruangan. Jika sudah waktunya untuk di eksekusi, para tawanan akan digiring ke sungai dan langsung di tembak mati.


Gula Gait

Gula Gait panganan khas Sanga-Sanga

Apakah Perjalanan kami hanya sampai disini !?
Tentunya tidak karena pada saat itu waktu baru menunjukkan sekitar jam 2 siang. Tidak jauh dari Penjara Kolonial kami bergeser ke salah satu rumah warga pengrajin makanan olahan " Gula Gait " kalau istilah Zaman Now mungkin di sebut gula batu atau permen kalau mengikuti bahasa Zaman Old. Hehe :D
Rencananya kami akan melihat langsung proses pengolahannya. Tapi pada saat kami berkunjung kesana tuan rumahnya sedang bepergian. Jadi sebagian rekan-rekan yang lain hanya membeli olahan yang sudah jadi saja. Hitung-hitung sebagai oleh-oleh pada saat berkunjung ke Sanga-Sanga.

Sayapun sempat menyicipi gula gait tersebut. Rasanya sangatlah manis karena bahan dasarnya terbuat dari gula habang ( gula aren). Cara mencicipinya cukup di emut atau di isap-isap saja sampai gulanya mengecil dan habis dengan sendirinya. Saya sarankan jangan langsung di gigit karena gula gait sangatlah keras kan bisa tekor bandar kalau gara-gara menggigit gula gait patah satu bintir gigi andalan. Hehe :D


Taman Makam Pahlawan

Dari kelurahan Sanga-Sanga Dalam kami bersama Rekan-rekan Jelajah melanjutkan perjalanan ke Kelurahan Jawa menuju Taman Makam Pahlawan (TMP) Wadah Batuah. Saat memasuki komplek pemakaman kita akan di sambut sebuah pilar yang berdiri kokoh dengan Lambang Garuda Pancasila. Di tempat ini dimakamkan 72 para syuhada, para pahlawan bangsa yang berjuang melawan Penjajah Belanda saat pertempuran dahsyat selama empat hari yaitu pada tanggal 27 sampai 30 Januari 1947 silam.

Di Komplek inilah bermakamnya Habib Abdul Muthalib seorang pemuka agama dan juga merupakan tokoh Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI). Habib Abdul Muthalib memiliki peranan penting pada Peristiwa Merah Putih 27 Januari yang merebut Sangasanga dari kekuasaan belanda. Untuk mengenang Jasa-jasa beliau Nama Habib Abdul Muthalib di abadikan menjadi sebuah nama Jalan.

Sebelum meninggalkan Komplek Makam Pahlawan tak lupa kami bersama rekan-rekan berdoa bersama memohon kepada Allah SWT agar para syuhada yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan bangsa indonesia mendapatkan tempat yang layak disisinya. Amiiiin ya Robbal aalamin.


Tugu Pembantaian

Masih di Kelurahan Jawa setelah mengunjungi Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah kami melanjutkan perjalanan lagi ke Jln. Bakaran menuju Tugu Pembantaian. Disekitaran tempat inilah saksi bisu kekejaman para penjajah saat membantai para pejuang maupun warga sipil. Tak berlama-lama di tempat ini karena aura mistisnya kuat sekali. Kamipun melanjutkan lagi perjalanan terakhir menuju ke jembatan tujuh kelurahan Sanga-Sanga Dalam.


Jembatan Tujuh

Sesampainya di jembatan tujuh kami bersama rekan-rekan yang lain duduk bersama seperti membuat lingkaran. Nah di tempat ini seperti yang diceritakan oleh om Irvan pemandu kami di trip Sanga-Sanga. Kalau di dermaga ini pada zaman Belanda dulunya di pakai kapal-kapal tanker pengangkut minyak mentah. Sembari menunjukkan di ujung dermaga terdapat sebuah kran yang masih utuh sampai sekarang. Karena kondisi lantai dermaga yang sudah mulai lapuk di makan zaman kami tak di izinkan untuk mendekat.

Di dermaga ini juga menjadi saksi bisu kekejaman Belanda dan taktik tipu muslihatnya ketika rakyat Sanga-Sanga yang saat itu mendapat info palsu kalau akan ada kapal bersandar membawa bahan makanan. Karena pada saat itu lagi krisis pangan dan rakyat menderita kelaparan, berbondong-bondonglah mereka ke dermaga ini menantikan kedatangan kapal yang akan membawa bahan makanan.

Untung tak dapat diraih,malang tak dapat di tolak. Begitu kira-kira peribahasa yang menggambarkan kejadian di lokasi ini, karena tipu muslihat Belanda. Kapal yang bersandar bukannya membawa bahan makanan melainkan tembakan peluru yang membabi buta ke arah rakyat yang sudah terlanjur berkumpul di dermaga tersebut.

Sebenarnya masih banyak lokasi-lokasi yang mempunyai nilai sejarah yang terdapat di Sanga-Sanga. Seperti Museum Perjuangan Merah Putih, Tugu Habib Abdul Mutholib, Tugu Kerukunan Umat Beragama, dll. Karena keterbatasan waktu karena pada saat itu waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, kamipun memutuskan untuk mengakhiri kegiatan kami dan kembali pulang menuju Samarinda.

Demikianlah gambaran singkat perjalanan kami bersama komunitas JELAJAH-HOS pada saat Napak Tilas Perjuangan Peristiwa Merah Putih di Sanga-Sanga. Semoga dengan kegiatan kami kali ini semakin memupuk rasa cinta akan tanah air. Mengingat kembali para pejuang dahulu yang rela mengorbankan harta jiwa dan raga demi sebuah kemerdekaan.


Referensi : Wikipedia
Foto : Dokumentasi Jelajah