:; Danau semayang adalah danau terbesar kedua di kaltim setelah danau jempang di kabupaten Kutai barat, dengan luas mencapai 13.000 Ha menjadikan danau semayang laksana lautan. Seluas mata memandang bagai air yang tak bertepi itulah kesan pertama saya setelah berada di atas menara danau semayang.
Untuk menuju ke desa pela kita bisa melewati jalan poros menuju ke kota bangun, kalau dari tenggarong waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan. Kondisi jalannya sendiri sangatlah bagus, tapi ada sebagian di daerah - daerah tertentu yang berlubang. Sebelum menuju pela kita singgahnya di desa liang ( kota bangun ). Di desa liang kita bisa langsung menggunakan jasa perahu ces untuk langsung ke pulau pela waktu perjalanan sekitar 15 menit dengan tarif berkisar 15/20rb sudah di antar pulang pergi.
Kalau masih bingung ketika berada di liang jangan sungkan untuk bertanya kepada warga setempat, pasti nanti di tunjukkin tempat dermaga penyebrangannya. Kendaraan bisa di parkir di sekitar dermaga penyebrangan baik itu roda 2 maupun roda 4 bisa dengan leluasa parkir di tempat yang telah di sediakan warga sekitar. Karena rombongan kami pada saat itu berjumlah 43 orang jadi kami langsung menggunakan perahu feri untuk menyebrang ke desa pela.
Semalam di desa pela
Rencana awal kami dari komunitas Jelajah akan mengadakan camping gembira di pulau pela, tapi rencana tinggallah rencana karena alam berkehendak lain. Setibanya rombongan kami di desa liang harinya sudah barat ( dalam bahasa lokal hari barat berarti hujan badai ), karena hari sudah malam dan dengan kondisi cuaca seperti itu sangat tak memungkinkan untuk tetap camping di pulau. Kata sebagian teman gaer jua tenda hangit di sambar petir ! hehe, maka di putuskanlah untuk menginap di rumah pak kades desa pela.
Desa pela kecamatan Kota Bangun |
Mendapat sambutan yang hangat oleh pak kades dan juga masyarakat setempat setibanya di desa pela jadilah kami dengan rombongan 43 orang ini menginap di tempat beliau. Malam semakin larut hujan pun makin deras saja di tambah dinginnya cuaca menjadikan kami hanya berbaring saja, karena capek habis menempuh perjalanan yang lumayan jauh jadilah bubuhannya malam itu beampar bejejer bagai laksana handak menjemur jukut pija masing - masing mencari posisi yang nyaman untuk guringan.
Aktifitas warga di pagi hari |
Suasana pagi hari di desa pela sangatlah sejuk, hingar bingar terdengar suara ketinting lalu lalang di sungai menandakan warga sudah mulai beraktifitas. Di sini kita bisa melihat aktifitas warga menyiangi ikan untuk olah menjadi jukut pija/ikan asin, dan juga nelayan setempat yang lagi memeriksa rengge. Dengan potensi perikanan air tawar yang berlimpah menjadikan danau semayang menjadi tumpuan masyarakat di desa pela untuk mencari ikan. Adapun jenis ikan air tawar yang banyak terdapat di danau semayang adalah Patin, Bilis, Gabus, Toman, Biawan, Puyu, Belida, Lais, Kendia, Lepok dan Repang.
Bermain air di tengah danau |
Sekitar jam 9 pagi setelah selesai sarapan rombongan kami akan menyusuri danau semayang menggunakan perahu feri tujuan pertama adalah ke menara danau semayang, perjalanan sekitar 30 menit disini kita berasa lagi di tengah lautan. Tapi ada satu yang unik karena waktu kami kesini kondisi danau tak terlalu dalam hanya sekitar 1,5 meter saja, bagai di film drama india yang tak kuasa melihat hamparan air yang luas rekan - rekan pun menceburkan diri ke air . Entah apa yang ada di benak mereka pina assik sekali berenangan, bercanda bersama bermain percikan air.
Di atas menara danau semayang |
Kalau saya sendiri bersama rekan yang lain memilih untuk menaiki menara tersebut, meskipun takut akan ketinggian tapi sok berani saja menapaki tangga demi tangga dengan betis sedikit begitir . hehe
Puas bermain air di tengah danau kami pun memutar haluan kembali ke tepian menuju ke pulau pela, disini ada satu objek wisata menarik yang menjadi tujuan awal kami yaitu pantai air tawar khas desa pela
Pantai air tawar
Perlahan perahu yang kami tumpangi menepi kesebuah pulau yang saat ini lagi hits menjadi tujuan berwisata yaitu pulau pela. Menawarkan konsep wisata ala pantai dengan ciri khas air tawarnya menjadikan pulau pela layak untuk di kunjungi.
Tak seperti pantai pada umumnya yang identik dengan pasir putihnya, di pantai pela ini hanya berupa dataran tanah liat. Tapi, disitulah letak keunikan dan kreatifitas Pokdarwis dan masyarakat setempat yang bisa menyulap lahan tak produktif di sebuah pulau menjadi sebuah objek wisata. Setibanya rombongan kami di pulau pela tak lain dan tak bukan datang langsung menceburkan diri untuk bermain air bersama rekan - rekan. Oh iya bagi yang pengen bermalas - malasan mengapung di atas air juga telah disediakan penyewaan lazy bag dengan tarif berkisar 15rb. Menjelang sore pengunjung akan rame berdatangan karena momen sunset disini sangatlah indah dengan view langsung menghadap ke danau semayang.
Bos Koceng lagi nyantai :D |
Kalau lagi beruntung kita juga bisa menyaksikan orang - orang yang bermain ski air ala desa pela dengan ciri khas perahu ketinting yang menjadi penariknya ! hehe
Sehabis berenangan perut terasa lapar atau tenggorokan terasa haus, tak usah khawatir di pulau ini juga sudah tersedia warung - warung kecil yang menjual makanan dan minuman dan juga telah tersedia juga tempat untuk buang hajat ( wc ) maupun untuk bersalin pakaian.
Karena keterbatasan waktu yang harus segera kembali ke Samarinda, kami pun tak bisa berlama - lama berada di pulau pela. Ketika suara mesin kapal feri yang mengangkut kami telah berbunyi sudah waktunya pula lah kami beserta rekan - rekan kembali keseberang menuju desa pela.
Salam perpisahan
Sebelum pulang foto bersama dulu |
Sesampainya menyeberang kembali ke desa pela di tempat kami menginap semalam, tak lupa kami berpamitan sekaligus mengucapkan banyak - banyak terimakasih kepada pak kades desa pela yang sudah menjamu dan mengizinkan rombongan kami menginap di tempat beliau, dan juga berpamitan dengan anggota pokdarwis desa pela dan segenap warga sekitar. Sebelum benar - benar meninggalkan desa pela tak lupa kami semua berfoto bersama sebagai kenang - kenangan kunjungan Komunitas Jelajah di desa pela.
Lambaian tangan perpisahan sebagai penanda ketika perahu yang kami tumpangi perlahan menjauh dari tempat kediaman pak kades, dengan perjalanan yang mengesankan rasanya kurang pas kalau nyampai ke rumah hanya membawa tumpukan pakaian kotor.
Selagi masih di desa pela kurang afdol rasanya kalau tak mampir sejenak membeli oleh - oleh khas desa pela yaitu jukut pija atau bahasa kerennya ikan asin/iwak karing. Berbagai macam jukut pija ada disini, dari biawan, haruan ( ikan gabus), kendia dll, yang cukup membanggakan produksi ikan asin di desa pela juga sudah go nasional dengan merambah pasar sampai ke pulau jawa.
Membeli jukut pija/ikan asin |
Setelah mampir membeli oleh - oleh jukut pija rombongan kami pun di antar kembali ke desa liang dan sesampainya di desa liang melanjutkan lagi perjalanan pulang menuju Samarinda.
Demikianlah cerita pengalaman kami saat berada di desa pela, semoga di lain waktu bisa kembali kesini lagi dan harapannya semoga pariwisata disana makin berkembang dan menjadi tujuan favorit wisatawan...
Sampai ketemu lagi di trip selanjutnya..
#Jelajah_tangguh
Sumber foto : Koleksi Jelajah